Selasa, 21 Desember 2021

Berdamai dengan diri sendiri

 


Sumber foto: Freepik.com

Aku tidak percaya dengan kata-kata banyak jalan menuju Roma, tapi aku percaya bahwa banyak tempat yang lebih indah dari Roma, masih ada Mekkah, Italia, Spanyol, Swedia, Newzeland dan banyak lagi.

Setelah di Drop out dari kampus impianku tahun lalu, hidupku terasa suram, sedih, semuanya hancur, aku merasa bahwa hidupku sudah tidak ada artinya lagi, semua sudah selesai, dan saat itu aku tidak tahu harus ngapain dan kemana lagi. Aku merasa malu dengan keluarga besarku, tetangga, sekolah, teman-teman,  dan followers ku, rasanya aku ingin bunuh diri. Universitas Negeri Harapan Bangsa Jakarta, kampus ini adalah kampus impian semua orang, idaman mertua, dan juga banyak orang tua yang mendambakan agar anaknya bisa sekolah di sini.

Namaku Wafa Al-Farisy aku mahasiswa asal Bogor. Satu minggu setelah di Drop out aku memutuskan untuk pulang kampung, aku segera meningalkan kosku agar kesedihanku tidak berlarut. Karena aku tidak ingin orang sekitar kampus tahu kalau aku pulang, maka aku memutuskan untuk meninggalkan kos pada jam 02.00 WIB. Disitu aku membawa semua barang-barangku sendiri menuju stasiun Garuda. Aku juga menghubungi mama kalau aku akan pulang saat itu.

“kak, mau mama jemput ngga ?” tawar mama padaku via telfon.

“ngga usah ma, kakak ngga ingin dijemput dalam keadaan gagal seperti ini” jawabku.

Sepertinya mama adalah salah satu orang yang mengerti akan perasaanku saat itu. Mama tidak menyalahkanku, bahkan mama memberikan dukungan padaku agar aku tidak menyerah dengan impian-impianku. My mom is the best support system.

Kegiatanku setiap hari di rumah hanya-lah melamun, menangis, senyum-senyum sendiri, pakai almamater kampus, bahkan setiap pagi aku selalu melindur kalau masih ada kuliah pagi. Aku belum bisa menerima semua ini. Aku merasa Tuhan tidak adil padaku. Hanya karena nilaiku Ekonomi Makro tidak lulus, mengapa aku sampai di Drop out ? Di saat itu aku bertanya-tanya apakah Tuhan itu ada? Apa Tuhan tidak melihat perjuanganku malam tadi ? Aku belajar mati-matian sampai larut, bahkan aku juga mengajari temanku yang belum paham pada materi ujian ini. Dosenku yang mengajar mata kuliah ini, orangnya sangat professional, idealis, pinter banget, namun beliau paling tidak bisa memberikan tolerasi pada mahasiswa. Tidak tahu kenapa saat mengerjakan soal ujian, pikiranku ambyar, aku tidak ingat apa yang aku pelajari malam tadi. Dilembar kerja hanyalah oret-oretan yang tidak jelas dan tidak membuahkan hasil. Sampai waktu pengerjaan ujian selesai, tidak ada satu soalpun yang bisa aku jawab. Mungkin yang membuatku tidak fokus saat itu, karena aku kurang tidur.

Karena itu, mama mengirimku ke pesantren. Di sana, aku setiap hari diruqyah. Ada perubahan dengan kepribadianku setelah diruqyah. Aku bisa lebih sabar, menerima semua kegagalanku, dan aku mencoba berdamai dengan diriku. Setelah keluar dari perantren aku mempersiapkan diri untuk mendaftar lagi di perguruan tinggi negeri lain. Setiap hari kegiatanku hanya belajar, dari bangun pagi, sampai tidur lagi. Karena, aku tidak ingin gagal untuk yang kedua kalinya.

Setelah pengumuman, aku dinyatakan lolos pada Universitas Sejuta Cita di Surabaya. Di sini aku mulai beradaptasi dengan orang-orang yang baru, memulai hidup baru, aku juga banyak menemukan ilmu dan pengalaman yang baru. Ternyata Tuhan ingin mengarahkanku pada jalan yang lebih baik. Mungkin ini sudah menjadi jalan hidupku agar aku bisa berkembang, bertemu orang-orang yang hebat, dan mendapat pengalaman yang teramat sangat mahal. Karena belum setahun aku menjadi mahasiswa di Universitas Sejuta Cita ini, aku sudah ditunjuk sebagai salah satu delegasi kampus pada acara International Investor’s di Singapura. Aku juga mendapat predikat mahasiswa terbaik se-angkatanku.

Benarkan kataku diawal tadi? Masih banyak tempat yang lebih bagus dari pada Roma. Walaupun kampusku yang dulu adalah kampus idaman semua orang, tapi jalanku bukan-lah di sana. Tuhan lebih tahu yang terbaik bagiku, dan masa depanku. Di universitas Sejuta Cita ini, aku juga sadar bahwa hidup itu bukan terus-menerus tentang diri sendiri. Ada masyarakat yang bisa diajak berinteraksi, diskusi dalam memecahkan masalah, membantu menambah wawasan dan pengetahuan, mengembangkang public speaking, melatih jiwa kepemimpinan, dan masih banyak lagi.

Saat libur semester tiba, aku melihat banyak sekali anak-anak kecil di kampungku bermain game, motor-motoran, jalan-jalan. Untuk itu aku dan teman-teman di kampung membentuk sebuah komunitas ‘YukBaca’ yang kegiatannya antara lain meningkatkan literasi, meningkatkan kesadaran akan pentingnya bercocok tanam dan menjaga kebersihan, meningkatkan skill pada kesenian, olahraga, kewirausahaan dan masih banyak kegiatan yang lain. Kegiatan ini juga membantu adik-adik agar bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Awalnya aku ragu, apakah ini akan menarik perhatian anak-anak dan orang tua atau tidak, tapi karena banyak teman-teman yang mendukung akhirnya komunitas ini berjalan sampai dengan sekarang. Bahkan, jumlah anak-anak yang mengikuti komunitas ini setiap sore semakin bertambah.

Sebenarnya musuh terbesar di dunia adalah diri sendiri. Karena itu, aku ingin mengalahkan diriku sendiri dan keluar dari ruangan yang menjebakku dalam rasa nyaman di dalamnya. Sebagai pemuda yang ingin berguna bagi bangsa Indonesia, aku memulai dengan mengubah perilaku anak-anak kecil di kampungku ini melalui komunitas ‘YukBaca’. Indonesia butuh anak muda yang berpengetahuan luas, dan pandai dalam menganalisis situasi saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manfaatkan Teknologi, Perbanyak Inspirasi

Sumber: koinworks.com Tidak pernah terlupakan, Ramadhan selalu menjadi momen yang paling ditunggu. Entah itu berbagi kabar dan silaturahmi d...