Sumber foto: Freepik.com
Aku tidak percaya dengan kata-kata banyak jalan
menuju Roma, tapi aku percaya bahwa banyak tempat yang lebih indah dari Roma, masih
ada Mekkah, Italia, Spanyol, Swedia, Newzeland dan banyak lagi.
Setelah di Drop
out dari kampus impianku tahun lalu, hidupku terasa suram, sedih, semuanya
hancur, aku merasa bahwa hidupku sudah tidak ada artinya lagi, semua sudah
selesai, dan saat itu aku tidak tahu harus ngapain dan kemana lagi. Aku merasa malu
dengan keluarga besarku, tetangga, sekolah, teman-teman, dan followers
ku, rasanya aku ingin bunuh diri. Universitas Negeri Harapan Bangsa Jakarta,
kampus ini adalah kampus impian semua orang, idaman mertua, dan juga banyak
orang tua yang mendambakan agar anaknya bisa sekolah di sini.
Namaku Wafa Al-Farisy aku mahasiswa asal Bogor. Satu
minggu setelah di Drop out aku
memutuskan untuk pulang kampung, aku segera meningalkan kosku agar kesedihanku
tidak berlarut. Karena aku tidak ingin orang sekitar kampus tahu kalau aku
pulang, maka aku memutuskan untuk meninggalkan kos pada jam 02.00 WIB. Disitu
aku membawa semua barang-barangku sendiri menuju stasiun Garuda. Aku juga
menghubungi mama kalau aku akan pulang saat itu.
“kak, mau mama jemput ngga ?” tawar mama padaku via
telfon.
“ngga usah ma, kakak ngga ingin dijemput dalam keadaan
gagal seperti ini” jawabku.
Sepertinya mama adalah salah satu orang yang mengerti
akan perasaanku saat itu. Mama tidak menyalahkanku, bahkan mama memberikan
dukungan padaku agar aku tidak menyerah dengan impian-impianku. My mom is the best support system.
Kegiatanku setiap hari di rumah hanya-lah melamun,
menangis, senyum-senyum sendiri, pakai almamater kampus, bahkan setiap pagi aku
selalu melindur kalau masih ada kuliah pagi. Aku belum bisa menerima semua ini.
Aku merasa Tuhan tidak adil padaku. Hanya karena nilaiku Ekonomi Makro tidak
lulus, mengapa aku sampai di Drop out
? Di saat itu aku bertanya-tanya apakah Tuhan itu ada? Apa Tuhan tidak melihat
perjuanganku malam tadi ? Aku belajar mati-matian sampai larut, bahkan aku juga
mengajari temanku yang belum paham pada materi ujian ini. Dosenku yang mengajar
mata kuliah ini, orangnya sangat professional, idealis, pinter banget, namun
beliau paling tidak bisa memberikan tolerasi pada mahasiswa. Tidak tahu kenapa
saat mengerjakan soal ujian, pikiranku ambyar, aku tidak ingat apa yang aku
pelajari malam tadi. Dilembar kerja hanyalah oret-oretan yang tidak jelas dan
tidak membuahkan hasil. Sampai waktu pengerjaan ujian selesai, tidak ada satu
soalpun yang bisa aku jawab. Mungkin yang membuatku tidak fokus saat itu, karena
aku kurang tidur.
Karena itu, mama mengirimku ke pesantren. Di sana,
aku setiap hari diruqyah. Ada perubahan dengan kepribadianku setelah diruqyah.
Aku bisa lebih sabar, menerima semua kegagalanku, dan aku mencoba berdamai
dengan diriku. Setelah keluar dari perantren aku mempersiapkan diri untuk
mendaftar lagi di perguruan tinggi negeri lain. Setiap hari kegiatanku hanya
belajar, dari bangun pagi, sampai tidur lagi. Karena, aku tidak ingin gagal
untuk yang kedua kalinya.
Setelah pengumuman, aku dinyatakan lolos pada Universitas
Sejuta Cita di Surabaya. Di sini aku mulai beradaptasi dengan orang-orang yang
baru, memulai hidup baru, aku juga banyak menemukan ilmu dan pengalaman yang
baru. Ternyata Tuhan ingin mengarahkanku pada jalan yang lebih baik. Mungkin
ini sudah menjadi jalan hidupku agar aku bisa berkembang, bertemu orang-orang
yang hebat, dan mendapat pengalaman yang teramat sangat mahal. Karena belum setahun
aku menjadi mahasiswa di Universitas Sejuta Cita ini, aku sudah ditunjuk
sebagai salah satu delegasi kampus pada acara International Investor’s di
Singapura. Aku juga mendapat predikat mahasiswa terbaik se-angkatanku.
Benarkan kataku diawal tadi? Masih banyak tempat
yang lebih bagus dari pada Roma. Walaupun kampusku yang dulu adalah kampus
idaman semua orang, tapi jalanku bukan-lah di sana. Tuhan lebih tahu yang
terbaik bagiku, dan masa depanku. Di universitas Sejuta Cita ini, aku juga
sadar bahwa hidup itu bukan terus-menerus tentang diri sendiri. Ada masyarakat
yang bisa diajak berinteraksi, diskusi dalam memecahkan masalah, membantu menambah
wawasan dan pengetahuan, mengembangkang public
speaking, melatih jiwa kepemimpinan, dan masih banyak lagi.
Saat libur semester tiba, aku melihat banyak sekali
anak-anak kecil di kampungku bermain game, motor-motoran, jalan-jalan. Untuk
itu aku dan teman-teman di kampung membentuk sebuah komunitas ‘YukBaca’ yang kegiatannya
antara lain meningkatkan literasi, meningkatkan kesadaran akan pentingnya bercocok
tanam dan menjaga kebersihan, meningkatkan skill
pada kesenian, olahraga, kewirausahaan dan masih banyak kegiatan yang lain. Kegiatan
ini juga membantu adik-adik agar bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Awalnya
aku ragu, apakah ini akan menarik perhatian anak-anak dan orang tua atau tidak,
tapi karena banyak teman-teman yang mendukung akhirnya komunitas ini berjalan
sampai dengan sekarang. Bahkan, jumlah anak-anak yang mengikuti komunitas ini
setiap sore semakin bertambah.
Sebenarnya musuh terbesar di dunia adalah diri
sendiri. Karena itu, aku ingin mengalahkan diriku sendiri dan keluar dari
ruangan yang menjebakku dalam rasa nyaman di dalamnya. Sebagai pemuda yang
ingin berguna bagi bangsa Indonesia, aku memulai dengan mengubah perilaku
anak-anak kecil di kampungku ini melalui komunitas ‘YukBaca’. Indonesia butuh
anak muda yang berpengetahuan luas, dan pandai dalam menganalisis situasi saat
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar