Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sastra. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 Maret 2022

Sisi lain

 


Sumber foto: kompasiana.com


Bagiku, warisan adalah kekayaan, bukan kepunahan. Salah satu kekayaan Indonesia adalah kaya akan seni dan budayanya. Budaya yang turun menurun dari leluhur yang harus kita jaga, dan lestarikan agar anak dan cucu kita dapat menikmati warisan tersebut.

Malam ini hujan turun lagi, namun tidak sederas hujan dimalam-malam kemarin. Hening malam berpadu dengan suara hujan yang membuat suasanya sangat candu di dalam hati. Tak lupa satu cangkir teh hangat yang menemaniku untuk merayu malam agar tidak cepat berlalu. Namaku Sekar Ayu, biasa dipanggil Sekar. Aku siswa kelas 3 SMA di Temanggung. Aku sangat menyukai tari, sebab sejak aku kecil di desaku banyak yang menggelar kesenian tradisional, dan bisa dibilang sejak saat itu jiwaku ini sudah tertarik dengan seni tari.

Malam itu, aku memutar video tarian tradisonal di laptopku. Aku diam-diam belajar tari setiap malam, ku kenakan headset agar orang tuaku tidak mengetahuinya. Sebab jika mereka sampai tau, bisa habis masa depan ku nanti. Kuperhatikan betul ketukan demi  ketukan, irama yang mengiringi, serta karakter dalam tarian tersebut. Setelah cukup lama memahami video tari aku melanjutkan dengan belajar pelajaran untuk besok di sekolah, agar nilai akademik ku tidak menurun. Setelah selesai, aku merapikan buku-buku dan melanjutkan mengejar mimpi lewat tidur diranjangku.

Pagi pun datang juga, suara ayam dan burung seakan-akan berlomba untuk membangunkan manusia-manusia yang masih terlelap dalam tidur nyenyaknya. Aku pun bergegas dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa, setiap pagi ibukku selalu menyiapkan sarapan ku dengan bapak. Dan setelah memastikan anak dan suaminya sudah makan masakkannya yang telah dimasak sejak pagi tadi, ibu baru berangkat ke ladang. Begitu juga dengan bapak yang akan berangkat jualan di pasar.

Sepulang sekolah, aku berlatih tari di sanggar milik mbak Puput. Sudah sekitar delapan tahun aku belajar dengannya. Dan sudah beberapa kali juga aku memegang gelar juara dalam event tari ditingkat daerah dan sekolah. Namun dengan itu semua orang tuaku masih melarang jika aku berkecimpung dalam seni tari. Mereka menganggap bahwa tari itu tidak ada gunanya untuk masa depanku. Orang tuaku berpikir bahwa anaknya ini harus bisa sekolah sampai dengan perguruan tinggi, agar bisa mengangkat ekonomi dan derajat orang tuanya. Meskipun orang kampung, namun pendidikan adalah nomor satu. Bahkan, setiap aku pamit untuk latihan tari, mereka selalu melarang. Sehingga aku terpaksa membohongi mereka dengan alasan mengikuti kegiatan eskul di sekolah, padahal aku berlatih di sanggar setiap sore. Dan selama ini orang tuaku tidak mengetahui jika aku masih menggeluti seni tari.

Bagiku, tari ialah ungkapan jiwa yang dituangkan dalam suatu gerakan. Dengan menari, dapat membuat pikiranku jadi tenang, gembira, sehingga lupa akan masalah yang terjadi. Karena menari tidaklah sekedar gerakan yang mengalun lembut saja, namun juga harus dapat meresapi dengan betul karakter yang ada.  

Selesai latihan, aku bergegas pulang ke rumah sebelum petang datang. Setelah sampai di rumah, terdengar notif chat, ternyata dari mbak Puput yang bilang bahwa akan ada event tari Internasional yang akan digelar di Medan, dan aku ditunjuk untuk mewakili event tersebut. Namun, butuh waktu kurang dari satu bulan untuk persiapannya. Saat itu juga aku langsung lemas, karena ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu. Dan di sisi lain, tanggal tersebut juga ada ujian sekolah yang harus aku lalui. Aku mulai bimbang, karena jika aku ikut event tari aku tidak bisa ikut ujian dan bapak pasti sangat marah besar denganku. Dan event tersebut adalah mimpiku sejak lama.

Aku dihadapkan dengan dua agenda besar yang menyangkut masa depanku, dan lagi-lagi aku harus membuat keputusan yang cukup berat. Di hari-hari selanjutnya aku berlatih dengan hati yang berat, aku belum menemukan pilihan mana yang tepat untukku. Hingga hari itu pun tiba, aku memutuskan untuk berangkat ke Medan, dan aku tidak berani meminta izin dengan orang tuaku, sehingga kutinggalkan sepucuk surat diatas meja belajar.

Sepulang dari lomba, di ruang tamu, bapak dan ibu sudah menungguku. Aku sudah siap dan pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dan duarrrr…. aku dimarahi habis-habisan. Sampai pagi masih saja diungkit-ungkit. Pasalnya kemarin bu Rina (wali kelasku) datang ke rumah untuk menanyakan keberadaanku. Karena sudah dua hari tidak datang ke sekolah.

Pagi harinya setelah sampai di sekolah, aku dipanggil bu Rina ke ruangannya, karena aku sudah tidak mengikuti ujian sekolah. Kata bu Rina ada amanat dari Waka Kesiswaan kalau aku mendapat kesempatan untuk mengikuti ujian sekolah susulan, selain itu, aku juga akan direkomendasikan sekolah untuk meneruskan ke perguruan tinggi di Institut Seni Indonesia (ISI) dan mendapat beasiswa. Ternyata sejak pagi tadi ada banyak sekali media yang menelefon sekolah untuk mewawancaraiku, karena telah menjadi juara favorit dievent tari internasional. Dan memang, kemarin selesai acara juga sudah banyak media yang meliput, tidak aku sangka, jika masih berlanjut sampai pagi ini.

Sepulang sekolah aku langsung memberitahukan keajaiban tadi pagi pada orang tuaku. Dan syukur bapak sekarang sudah mengizinkanku untuk terjun ke dunia seni. Aku melakukan itu semua karena aku menyukainya, bukan karena ego. Karena seiring berjalannya waktu, anak-anak muda di daerahku sudah jarang yang menekuni kesenian tari. Aku ingin seperti penari legendaris Didik Nini Thowok si Maestro Tari. Dan percayalah, tidak ada mimpi yang salah, tetap bekerja keras, karena Tuhan ingin mengetahui seberapa kuat dan sabarnya kita untuk mengejar mimpi tersebut.

Selasa, 21 Desember 2021

Berdamai dengan diri sendiri

 


Sumber foto: Freepik.com

Aku tidak percaya dengan kata-kata banyak jalan menuju Roma, tapi aku percaya bahwa banyak tempat yang lebih indah dari Roma, masih ada Mekkah, Italia, Spanyol, Swedia, Newzeland dan banyak lagi.

Setelah di Drop out dari kampus impianku tahun lalu, hidupku terasa suram, sedih, semuanya hancur, aku merasa bahwa hidupku sudah tidak ada artinya lagi, semua sudah selesai, dan saat itu aku tidak tahu harus ngapain dan kemana lagi. Aku merasa malu dengan keluarga besarku, tetangga, sekolah, teman-teman,  dan followers ku, rasanya aku ingin bunuh diri. Universitas Negeri Harapan Bangsa Jakarta, kampus ini adalah kampus impian semua orang, idaman mertua, dan juga banyak orang tua yang mendambakan agar anaknya bisa sekolah di sini.

Namaku Wafa Al-Farisy aku mahasiswa asal Bogor. Satu minggu setelah di Drop out aku memutuskan untuk pulang kampung, aku segera meningalkan kosku agar kesedihanku tidak berlarut. Karena aku tidak ingin orang sekitar kampus tahu kalau aku pulang, maka aku memutuskan untuk meninggalkan kos pada jam 02.00 WIB. Disitu aku membawa semua barang-barangku sendiri menuju stasiun Garuda. Aku juga menghubungi mama kalau aku akan pulang saat itu.

“kak, mau mama jemput ngga ?” tawar mama padaku via telfon.

“ngga usah ma, kakak ngga ingin dijemput dalam keadaan gagal seperti ini” jawabku.

Sepertinya mama adalah salah satu orang yang mengerti akan perasaanku saat itu. Mama tidak menyalahkanku, bahkan mama memberikan dukungan padaku agar aku tidak menyerah dengan impian-impianku. My mom is the best support system.

Kegiatanku setiap hari di rumah hanya-lah melamun, menangis, senyum-senyum sendiri, pakai almamater kampus, bahkan setiap pagi aku selalu melindur kalau masih ada kuliah pagi. Aku belum bisa menerima semua ini. Aku merasa Tuhan tidak adil padaku. Hanya karena nilaiku Ekonomi Makro tidak lulus, mengapa aku sampai di Drop out ? Di saat itu aku bertanya-tanya apakah Tuhan itu ada? Apa Tuhan tidak melihat perjuanganku malam tadi ? Aku belajar mati-matian sampai larut, bahkan aku juga mengajari temanku yang belum paham pada materi ujian ini. Dosenku yang mengajar mata kuliah ini, orangnya sangat professional, idealis, pinter banget, namun beliau paling tidak bisa memberikan tolerasi pada mahasiswa. Tidak tahu kenapa saat mengerjakan soal ujian, pikiranku ambyar, aku tidak ingat apa yang aku pelajari malam tadi. Dilembar kerja hanyalah oret-oretan yang tidak jelas dan tidak membuahkan hasil. Sampai waktu pengerjaan ujian selesai, tidak ada satu soalpun yang bisa aku jawab. Mungkin yang membuatku tidak fokus saat itu, karena aku kurang tidur.

Karena itu, mama mengirimku ke pesantren. Di sana, aku setiap hari diruqyah. Ada perubahan dengan kepribadianku setelah diruqyah. Aku bisa lebih sabar, menerima semua kegagalanku, dan aku mencoba berdamai dengan diriku. Setelah keluar dari perantren aku mempersiapkan diri untuk mendaftar lagi di perguruan tinggi negeri lain. Setiap hari kegiatanku hanya belajar, dari bangun pagi, sampai tidur lagi. Karena, aku tidak ingin gagal untuk yang kedua kalinya.

Setelah pengumuman, aku dinyatakan lolos pada Universitas Sejuta Cita di Surabaya. Di sini aku mulai beradaptasi dengan orang-orang yang baru, memulai hidup baru, aku juga banyak menemukan ilmu dan pengalaman yang baru. Ternyata Tuhan ingin mengarahkanku pada jalan yang lebih baik. Mungkin ini sudah menjadi jalan hidupku agar aku bisa berkembang, bertemu orang-orang yang hebat, dan mendapat pengalaman yang teramat sangat mahal. Karena belum setahun aku menjadi mahasiswa di Universitas Sejuta Cita ini, aku sudah ditunjuk sebagai salah satu delegasi kampus pada acara International Investor’s di Singapura. Aku juga mendapat predikat mahasiswa terbaik se-angkatanku.

Benarkan kataku diawal tadi? Masih banyak tempat yang lebih bagus dari pada Roma. Walaupun kampusku yang dulu adalah kampus idaman semua orang, tapi jalanku bukan-lah di sana. Tuhan lebih tahu yang terbaik bagiku, dan masa depanku. Di universitas Sejuta Cita ini, aku juga sadar bahwa hidup itu bukan terus-menerus tentang diri sendiri. Ada masyarakat yang bisa diajak berinteraksi, diskusi dalam memecahkan masalah, membantu menambah wawasan dan pengetahuan, mengembangkang public speaking, melatih jiwa kepemimpinan, dan masih banyak lagi.

Saat libur semester tiba, aku melihat banyak sekali anak-anak kecil di kampungku bermain game, motor-motoran, jalan-jalan. Untuk itu aku dan teman-teman di kampung membentuk sebuah komunitas ‘YukBaca’ yang kegiatannya antara lain meningkatkan literasi, meningkatkan kesadaran akan pentingnya bercocok tanam dan menjaga kebersihan, meningkatkan skill pada kesenian, olahraga, kewirausahaan dan masih banyak kegiatan yang lain. Kegiatan ini juga membantu adik-adik agar bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Awalnya aku ragu, apakah ini akan menarik perhatian anak-anak dan orang tua atau tidak, tapi karena banyak teman-teman yang mendukung akhirnya komunitas ini berjalan sampai dengan sekarang. Bahkan, jumlah anak-anak yang mengikuti komunitas ini setiap sore semakin bertambah.

Sebenarnya musuh terbesar di dunia adalah diri sendiri. Karena itu, aku ingin mengalahkan diriku sendiri dan keluar dari ruangan yang menjebakku dalam rasa nyaman di dalamnya. Sebagai pemuda yang ingin berguna bagi bangsa Indonesia, aku memulai dengan mengubah perilaku anak-anak kecil di kampungku ini melalui komunitas ‘YukBaca’. Indonesia butuh anak muda yang berpengetahuan luas, dan pandai dalam menganalisis situasi saat ini.

The Dream Tree

 


Sumber foto: freepik.com

Pagi ini seperti biasanya aku beranjak dari tempat tidur ku untuk bersimpuh dihadapan-Nya. Di sepertiga malam ini aku biasanya mengadu dan bercerita panjang lebar kepada-Nya. Mau itu bahagia, sedih, terluka, bahkan kecewa dari seorang makhluk-Nya di bumi ini. Iya aku tau manusia tempatnya salah, tapi manusia juga tempatnya belajar. Aku selalu mengadu kepadanya karena di dunia ini tidak ada lagi seseorang yang aku percayai. Aku hanya percaya kepada Tuhan ku sendiri bahwa Dia ada dan Dia adalah yang Maha segalanya. Aku banyak bercerita tentang impianku kepadanya. Impian yang akan aku gapai untuk membahagiakan mamaku.

Namaku Syifa Kamila Husein. Pagi ini aku segera me
mpersiapkan diri ku untuk pergi ke kampus. Segera ku ambil jilbab pashmina berwarna merah di Kasur yang sebeumnya sudah aku siapkan. Dan aku segera tukun ke meja makan untuk sarapan dengan mamaku yang sedari tadi sudah mempersiapkan makanan.

“Pagi ma..” sapaku pada mama

“pagi sayang yuk sarapan sekarang” ucap mama

Aku segera duduk di kursi dan melahap makananku. Tiba-tiba suara klakson motor terdengar di depan rumah.

“ma kayaknya Ali udah sampai deh, aku berangkat dulu ya. Assalamuallaikum”

“waallaikumsallam. Hati hati sayang”

“iya ma”

Ali ini adalah teman ku sejak kecil, dari SD sampai kuliah dia selalu jemput aku saat berangkat ke sekolah, tapi kita juga pernah pisah sekolah sii waktu itu dia lanjut ke SMP 3 dan aku di SMP 2. Tapi Dia masih baik seperti Ali kecil yang dulu.

Ditengah perjalanan Ali membuka obloran

“fa nanti temenin aku cari raket ya” pinta ali padaku

“emangnya raket kamu kenapa ?”

“raketku patah kemarin pas latihan sama temen”

“ohh ya udah iya”

Ali ini jago banget main badminton. Bisa dibilang dia jatuh cinta sama badminton dari kecil. Mungkin dia menuruni bakat kakaknya yang sudah memenangkan badminton di kejuaraan  internasional. Tak lama kemudian kita sampai di kampus.

“li aku duluan ya.. udah telat nih”

“iya. Fa nanti jangan lupa ya”

“iya-iya bawel ah. Udah ya aku masuk dulu”

Ali ini satu kampus sama aku, tapi beda fakultas dia di fakultas teknik dan aku difakultas Ekonomi.

Setelah sampai kelas dosen memberi materi dan memberikan diskusi tentang Ekonomi Mikro dan dilanjutkan sesi tanya jawab. Setelah selesai kelas aku selalu mengunjungi perpustakaan untuk berlatih soal-soal, mencari informasi beasiswa, dan mencari tahu tentang UK (United Kingdom). Di jenjang perkuliahan ini aku bener-bener fokus dengan prestasiku, karena aku harus membahagiakan mama. Dan aku akan melanjutkan pendidikanku ke jenjang S2 di UK. Itu adalah salah satu impian yang harus aku capai. Karena buat mama pendidikan itu nomor satu apalagi aku seorang perempuan yang akan menjadi Madrasah bagi anak-anakku kelak.

Waktu pulang pun tiba, aku segera meninggalkan kampus dan menunggu Ali di tempat biasa aku menunggunya, tak lama Ali pun datang dan kita segera melesatkan motor untuk membeli raket yang ali inginkan. Setelah  membeli raket ali mengajak aku makan disalah satu tempat makan dekat GOR yang biasa dia gunakan untuk latihan, tapi aku tidak bisa, karena aku harus menemani mama makan malam di rumah.

Di rumah ini hanya aku dan mama yang tinggal. Soalnya saat umurku 5 tahun ayah bercerai dengan mama dan menikah dengan tante Dea istri almarhum kakaknya papah dengan membawa kak Fisya. Mungkin itu menjadi terakhir kali aku lihat kak fisya. Sejak saat itu aku tidak lagi berhubungan dengan mereka. Menurutku semua manusia itu sama saja, suka membuat sakit hati mama, bikin kecewa mama, dan membuatku tidak percaya lagi dengan manusia . saat itu pula aku harus berhati-hati dengan yang namanya manusia, aku tidak mau kecewa dan aku akan fokus untuk membahagiakan mama mulai saat itu.

Malampun tiba, aku segera membuka laptopku dan mulai berselancar untuk mencari soal-soal yang harus aku kerjakan untuk latihan seleksi beasiswa. tidak hanya itu, di dalam kamarku juga ada salah satu pohon yang selalu aku sirami dengan doa setiap malam, pohon itu adalah pohon mimpi, disana aku menggantungkan semua mimpi-mimpiku yang harus aku capai. Biasanya mama saat masuk kamarku juga selalu memberikan sholawat untuk pohon mimpiku agar berbuah yang manis.

Tiba-tiba terdengar suara notif line dari Hpku. Dan setelah aku baca ternyata Ali.

“Fa. Temenin aku cari makan di luar yukk. Di rumah gak ada makanan nih… mama belum pulang” isi pesan Ali

Aishhh… Ali kebiasaan deh kalau lagi sibuk gini ngajak keluar. kalau nggak di temenin pasti diganggu. ntah itu di telfon,  di kirimin gambar setan, bahkan tiba-tiba nyaperin di rumah.

“ya udah. Tapi jangan lama-lama ya. Aku ada kerjaan soalnya” balasku

“iya iya. Cuma sebentar doang kok”

“oke aku siap-siap bentar”

“oke aku otw rumah kamu yaa”

Aku segera mengambil khimar warna biru navy yang selaras dengan baju tidur yang aku kenakan. Karena warungnya nggak jauh dari rumah ku aku Cuma pakai baju yang santai aja. Setibanya Ali dirumah dia selalu membunyikan klakson motornya. Nggak sopan banget kan, padahal didalam ada mama, nggak mau turun gitu mampir. Eh malah tetep duduk diatas motornya. aku segera turun dari kamarku dan mencari mama untuk pamit keluar sebentar.

“ma akum mau keluar sebentar ya.. nemenin ali cari makanan” pamitku

“kenapa nggak makan aja tadi disini sekalian ?” tanya mama

“nggak tau ma. Tadi pas pulang dari kampus sih ali ngajak makan diwarung biasa, tapi aku nggak mau karena aku tau mama pasti sudah masak makanan yang enak dari pada di warung” jelasku

“ohh gitu, ya sudah kamu temenin ali aja. Kasihan dari sore sampai sekarang belum makan”

“iya ma.Assalamuallaikum”

“waalaikumsallam”

Bagi mama itu adalah hal yang sudah sangat biasa, kalau ada apa-apa Ali selalu ngajak aku. Bahkan kita dikira orang pacaran. Padahal dia kan sahabat aku. Sahabat yang baik, lucu, keras kepala, ngeselin, sahabat yang paling perhatian, dan juga  sahabat yang selalu memberi semangat saat aku lagi down.

“berisik woii… udahah ayok berangkat. Keburu malam” pintaku

“ya udah ayo naik”

Aku segera naik di motor Ali untuk menemaninya mencari makanan. Di jalan ali selalu membuka obroan. dia memang cerewat kalau sama aku, coba aja kalau sama orang lain suruh aku yang ngomong.

“Fa, kamu lagi ngapain sih tadi ?”

“aku lagi cari soal-soal buat persiapan tes beasiswa”

“kayaknya kemarin udah cari deh”

“emangnya latihan itu cukup untuk satu kali aja ? gak mungkin kan. Aku harus cari soal-soal terus Li… kamu gak mungkin kan kalau hanya latihan badminton satu kali terus bisa menang pertandingan?”

“iya juga si fa… semangatt yaa… aku doain kamu bisa lolos beasiswa biar mama kamu bangga sama kamu”

“iya li. Makasih yaa”

Sesampainya di warung makan ali langsung pesan makanan.

“fa kau mau apa ?”

“ngga usah li..akutadi udah makan”

“aishh…ngga usah malumalu kali kalau mau ambil sate usus. Kan favorit kamu banget kalo itu”

“engga li.. aku udah kenyang bener dehh. Nggakbaik makan diatas jam 20.00”

“alah bilang aja kalau kamu itu mau diet”

“nggak kok. Siapa bilang”

“tuh kan. Biasanya kalo langsung nge-gas gini bener-bener ada yang disembunyiin nihh”

“ siapa yang nge-gas. Orangaku biasa aja”

“bang tambah sate ususnya 7 tusukya” pesen Alidengan abangabang yang dagang

“okee mas”

“dah yuk pulang Fa” ajak Ali

“ayokk.”

“Li mau kopi nggak ?” tanyaku pada Ali

“kamu mau kopi ?”

“iya. Mampir sebentar yah di tempat biasa”

“iya”

Sesampainya di coffe shop aku segera memesan kopi rasa vanilla latte 2. Untuk aku dan untuk Ali

“nih li buat kamu satu. Wihh makasihh ya. Valina kan ?” ucapnya

“iya. Rasa mana lagi yang kita suka kalau nggak vanilla latte” balasku sambal senyum

“ya udah yuk pulang”

Sesampainya dirumah Ali memberiku sate usus yang di belinya tadi. Aku baru ingat kalau ali itu nggak suka sama sate usus. Dan kenapa tadi malah dibeli ya.

“nih fa buat kamu”

“aku kan udah bilang tadi, ngga usah li. Ngga baik makan di atas jam 20.00”

“ngga papa, bawa aja. Bilangnya tadi ngga makan di atas jam 20.00, tapi malah beli kopi. Udah makan aja tuh sate, sayang kalau nggak di makan kayaknya bumbunya banyak tuh”

“ngga kok. Aku lagi diet sekarang ini”

“diet aja terus. tapi ngga berhasil-berhasil tuh kelihatannya”

“enak aja. Ada perubahan tau. Kamu aja yang ngga nyadar”

“ohh ya. Apa ada yang udah berubah ?”

“ada. Nih liat kelingkingku udah mulai ramping” kataku sebel

“hahaha… kelingkingmu segitu terus kali Fa.”

“yahh sok tau. Udah ah kamu pulang aja sana. Makan yang banyak biar cepet gede yaa”

“apanya yang gede fa”

“pake tanya. Nggak tau ahh. Udah sana pulang” usir ku

“iya iya bawel banget sii. Salam buat mama kamu ya Fa”

“iya. Udah buruan sana”

Setelah ali pulang Aku segera menutup gerbang dan menuju kamarku. Sepertinya bener kata Ali sayang kalau satenya nggak dimakan. Aku segera membuka laptop dan mulai belajar sambil makan sate usus dengan kopi.

Di sepertiga malam aku selalu menyempatkan diri untuk bangun dari tidurku. Untuk mengadu segala hal kepada-Nya. Di sepertiga malam tersebut aku merasa bisa berduaan dengan-Nya dan membicarakan masa depanku yang aku gantung di pohon mimpiiku. Aku selalu menyirami pohon mimpiku dengan doa dan juga sholawat. Aku selalu bersemangat untuk membicarakan mimpi-mimpiku dengan-Nya bagiku Dia mendengarkanku selama ini. Karena setiap aku belajar, mencari informasi beasiswa, selalu dimudahkanNya. Aku menyempatkan tadarus juga agar hati dan pikiranku tetap tenang. Dan menyempatkan membaca materi kuliah yang akan aku pelajari nanti di kampus

Tak lama kemudian Sinar matahari pun muncul dan aku segera bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Sesampainya di kampus aku mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh dosen yang kemudian diakhiri dengan perintah untuk mencari literature tentang ekonomi mikro terhadap UMKM di Indonesia. Aku segera ke perpus untuk mencari literature tersebut agar tugasku segera selesai dan aku bisa melanjutkan untuk berlatih soal-soal. Tiba-tiba terdengar dering telepon dari saku bajuku. Ternyata dari tamte Ami mamanya Ali. Aku segera memencet mengangkatnya, karena tidak biasanya tante Ami nelfon siang-siang begini.

“assalamuallaikum tan”

“waalaikumsalam Syifa. Kamu lagi dimana ?”

“Syifa lagi di kampus tan. Memangnya ada apa tan?”

“kamu bisa ke rumah sakit harapan bunda sekarang ? mama kamu pingsan pas tante mau ngasih sayur kerumah tadi”

“astagfirullah. Terus mama gimana tan ? tunggu ya tan Syifa kesana sekarang”

“iya. Hati-hati ya sayang. Kalo bisa ajak Ali aja fa kalau lagi nggak ada kuliah”

“iya tan. Makasih informasinya ya. Syifa segera kesana”

Deg rasanya hati ini pecah, dan ingin menangis sejad-jadinya. Aku takut terjadi apa apa dengan mama. Sepertinya tadi pagi mama nggak papa. Tapi kenapa sekarang pingsan. Ma tunggu syifa ya, syifa segera kesana.

Segera aku menghubungi Ali

“Li, kamu sekarang dimana ? ada kelas nggak”

“lagi di kantin fa. Nggak. Eangnya ada apa ?”

“ke rumah sakit harapan bunda yuk.. mamaku pingsan dan sekarang ada di rumah sakit harapan bunda, barusan aku di telpon mama mu”

“astagfiruah. Ya udah aku sekarang jemput kamu ya”

“iya iya. Cepetan yaa. Aku takut terjadi apa-apa sama mama”

Tak lama kemudian kita sampai di parkiran ruah sakit. Sedari ulutku tidakbisa berhenti untuk bersholawat dan berdoa untuk mama. Aku segera mencari ruangan mama. Dan saatsapai disana terihat ada tante Ami dan om Bagas yang sedang duduk di kursi dengan ruangan.

“tante gimana keadaan mama” tanyaku

“tenang dulu Fa. Kamu duduk dulu aja” kata ali yang ada disampingku

“mama kamu sedang ditangani sama dokter Fa. Sabar ya… kita berdoa dulu”

“astagfirullah”

Aku segera berjalan ke jendela untuk melihat mama yang sedang di periksa dokter. Sambal bersholawat tiada henti. Ketakutanku menjadi jadi, karena ini baru pertama kalinya aku melihat mama sampai dibawa ke rumah sakit. Aku nggak kuat lagi untuk membendung air mata dan akhirnya jatuh juga di pipiku.

Tak lama kemudian dokter keluar dan menjelaskan penyakit yang dialami mama. Ternyata mama mengidap penyakit jantung. Deg Aku yang baru mendengar penjelasan dokter tersebut langsung menjatuhkan badanku ke lantai. Tangisku semakin menjadi. Karena aku nggak mau mama sakit. Oh Allah kenapa engkau membuat mama Syifa seperti ini. Lebih baik Syifa aja yang sakit jangan mama, mama sepertimalaikat tak bersayap buat Syifa. Mma yang merawat, membesarkan, dan mendidik Syifa seperti sekarang ini. Oh Allah kesehatan untuk mama adalah salah satu doa yang Syifa gantung di pohon impian, mengapa harus mama yang harus sakit parah. Masih banyak impian dan doa Syifa yang ada di pohon impian kan, pliss jangan mama yang sakit ya.

Selang 3 hari mama di perbolehkan untuk pulang, namun harus minum obat secara teratur dan melakukan konsultasi dengan dokter setiap minggunya. Aku senang sekali mama bisa pulang. Aku tidak akan membiarkan mama kecapean, mikir yang berat-berat, sekarang aku akan merawat mama.

“pagi ma. Sarapan dulu yuk ma” sapa ku

“pagi sayang. Wahh ini kamu semua yang masak ?”

“iya dong mah. Aku bangun pagi buat masakin mamah. Biar mamah nggak capek. Besok-besok biar Syifa aja ya mah yang masak. Mama istirahat aja yang banyak. Biar mama cepet sembuh.” Kataku

“masya Allah sayang. Mama nggak papa kok. Nanti malah kamu yang capek. Mama selalu minum obat dengan teratur dan olahraga setiap hari”

“alhamdulillah.. mama jangan sakit ya… nanti Syifa sedih. Oh iya ma ini udah syifa siapin obat buat mama”

“makasih ya sayang”

“iya ma sama sama. Mama buruan sarapan ya, syifa mau siap-siap dulu diatas”

“iya sayang”

Beberapa minggu kemudian skripsiku sudah di Acc sama dosen pembimbingku. Aku senang sekali rasanya. Segera aku telpon mama untuk memberi tahu kabar gembira ini. Sambal menunggu sidang aku terus berlatih untuk tes beasiswa di salah satu unitersity di UK yang akan dilaksanakan minggu depan. Aku tidak main-main lagi perjuanganku akan segera di mulai seletah beberapa kali aku latihan. Dan minggu depan saatnya aku bertanding melawan soal-soal yang akan menyeleksi aku apakah aku pantas untuk mendapatkan besaiswa tersebut atau tidak.

Di warug dekat GOR Ali mengajak aku makan siang

“fa gimana persiapan kamu ? tesnya minggu depan kan ?

“iya li… aku deg degan banget”

“bismillah kamu bisa fa. Kamu udah banyak latihan kok”

“li nanti kalau aku udah keterima di UK aku setiap pagi bakal kasih kamu foto pemandangan yang bagus-bagus deh. Biar kayak orang luar negeri beneran. Nggak raket sama net doang pemandangan yang bisa kamu lihat. Kamu nanti bakal jadi orang yang paling beruntung karena disa dapat gambar pemandangan asli dari UK”

“kalau luar negeri mah aku ngga seneng-seneng banget fa. Coba deh kamu kasih aku pemandangan luar pelanet. Pasti setiap hari aku bakal seneng.”

“ihhh kamu mah… kamu aja sendiri yang keluar pelanet. Apa mending aku cari suami bule aja sekalian ya li buat menantu mama. Mama pasti seneng haha. Tinggi, putih, cool…”

“wahh aku banget tuhh”

“yee… orang belum selesai ngomong juga”

“haha.. fa cepetan abisin gihh. Aku ada latihan sore ini”

“iya iya”

Hari yang aku tunggupun tiba, dimana hari ini aku akan melaksanakan tes beasiswa. Aku diantar Ali, dia mendukung aku banget sampai-sampai dia rela nungguin aku. Emang sii tempatnya agak jauh sama rumah, tapi tempat tesnya ternyata nggak jauh dari tempat saudaranya Om Bagas papahnya ali. Jadi ali nunggu aku di tempat saudaranya. Aku segera masuk ke ruangan dan menunggunya di kursi yang ada di depan ruangan. Padahal tesnya di mulai 3 jam lagi, tapi tempatnya udah penuh banget. Mungkin karena ini hari minggu juga kali ya, jadi banyak yang ikut, aku semakin deg-degan sampai sampai tanganku gemeter sendiri. Namun saat tes akan di mulai 1,5 jam kemudian, tante Ami menelpon ku. Dan aku segera mencari tempat yang sepi untuk mengangkat telpon dari tante ami

“assalamuallaikum fa”

“waalaikumsalam. Ada apa tan ? ali ada sama aku kok tan, tadi nganterin aku tapi sekarang ada di tempat saudaranya yang tempatnya deket unitersitas Pahlawan Bangsa”

“tante nggak nyari ali Fa, tapi kamu”

“aku ? ada apa ya tan”

“mama kamu pingsan lagi. Dan sekarang ada di rumah sakit. Kamu kesini sekarang ya”

“astagfirullah… iya tan”

Aku segera menghubungi ali dan secepat mungkin ali mengendarai motornya untuk melaju ke rumah sakit. Dia mungkin tahu kalau ada apa-apa dengan mama aku psati selalu panic, dan tidak akan mengganggu aku yang sedang bersholawat.

 

 

 

Manfaatkan Teknologi, Perbanyak Inspirasi

Sumber: koinworks.com Tidak pernah terlupakan, Ramadhan selalu menjadi momen yang paling ditunggu. Entah itu berbagi kabar dan silaturahmi d...